Sabtu, 06 Desember 2014

PAKAIAN ADAT SUMATERA SELATAN

Aesan Gede dan Aesan Paksangko

Pakaian Adat Sumatra Selatan bisa dikatakan sebagai simbol peradaban budaya masyarakat Sumatra Selatan. Karena di dalamnya terdapat unsur filosofi hidup dan keselarasan. Hal ini bisa dilihat dari pilihan warna dan corak yang menghiasi pakaian adat tersebut. Ditambah dengan kelengkapannya, makin menambah kesakralan yang nampak pada tampilan pakaian adat yang berfungsi sebagai identitas budaya masyarakat Sumatra Selatan.Daerah yang dikenal dengan sebutan “Bumi Sriwijaya” dan masyarakatnya yang dipanggil sebagai “Wong Kito Galo” memiliki pakaian tradisional yang khas dengan keragaman corak di tiap kebupaten dalam propinsi tersebut.Dalam catatan sejarahnya, pakaian adat Sumatra Selatan berasal dari jaman kesultanan Palembang pada abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-19. Saat itu pakaian adat tersebut hanya boleh digunakan oleh golongan keturunan raja-raja atau priyai saja. Pakaian adat ini terinspirasi dari zaman kerajaan Sriwijaya yang pernah berjaya di daerah Sumatra Selatan pada abad ke-7 sampai ke-13 Masehi. Selain faktor sejarah yang kuat, hal paling terpenting dalam hasil cipta karya budaya manusia adalah sikap memegang teguh dan rasa bangga yang tertanam pada masyarakat Sumatra Selatan untuk tetap menggunakan pakaian adat dalam setiap moment upacara adat. Aessan Gede dan Aesan PaksangkoPakaian adat Suamtra Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan. Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan ratu.Pembeda antara corak Aesan Gede dan Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut; gaya Aesan Gede berwarna merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya. Apalagi dengan gemerlap perhiasan pelengkap serta mahkota Aesan Gede, bungo cempako, kembang goyang, dan kelapo standan. Lalu dipadukan dengan baju dodot serta kain songket lepus bermotif napan perak.Pada Aesan Paksangkong. Bagi laki-laki menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabor bunga emas, selempang songket, seluar, serta songkok emeas menghias kepala. Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango.Propinsi Sumatra Selatan, memiliki sebelas kabupaten dan empat kota. Kabupaten Lahat, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Pagar Alam Kota Prabumulih, Kota Lubuk Linggau, Kota Palembang I, Kota Palembang II. Masing-masingnya memiliki corak pakaian adat Sumatra Selatan yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain.Namun meski dari ragam nampak berbeda, hampir semua pakaian adat di Sumatera Selatan menggunakan kain Songket dengan teknik pembuatannya didasarkan pada keterampilan, ketelatenan, kesabaran, dan daya kreasi seni yang tinggi. Dalam simbol perkawinan masyarakat Sumatra Selatan, kain songket serta pakaian adat yang diberikan pada saat lamaran, kain songket melambangkan sumber kehidupan kedua pengantin serta dilihat dari segi kepribadiannya, pendidikannya, dan status ekonominya.Tak heran, jika pemerian lamaran yang di antaranya adalah pakaian adat dan kain songket menjadi simbol derajat kehidupan gan warna keemasan yang gemerlap dan sentuhan merah merona serta merah jambu yang glamor dan elegan menjadi ciri khas pakaian adat Sumatra Selatan yang menonjolkanpengantin. Karena pakaian adat dengan bahan dasar tenun songket terlihat dominan den ciri seorang raja dan ratu Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaannya.Pakaian adat Sumatra Selatan, jika kita perhatikan, memeilik unsur melayu yang sangat kuat. Jas tutup bersulam emas, dipadukan dengan kain songket, celana panjang serta ikat kepala yang disebut tanjak (untuk laki-laki). Sementara untuk perempuan, menggunakan kebaya modern sebagai bajunya, dan kain songket digunakan sebagai sarung atau bawahan dan selendang.Selain itu pakaian adat itu juga ditambah pernak pernik hiasan berupa asesoris yang di antaranya Teratai Emas, Kalung Tapak Jajo atau Kebe Nungga, Gelang Kano, Gelang Sempuru, Gelang Bermato atau Gandik, Kembang Goyang Cempako, Suri, Kembang Ure. Bahkan bukan hanya itu. Telinga dari pemakainya dipasang pula sumping bungo kertas, serta Tanjak buat untuk tutup kepala pria. Tentu saja masih banyak lagi hiasan lain yang diongeng kejayaan nusantara lama, sesunggungnya itu bukanla cerita rekaan atau dgunakan sebagai pemanis dan indahnya pakaian tersebut.Jika kita pernah mendengar dongengan semata. Negeri ini, Indonesia, memiliki sejarah kejayaan dan masa keemasan yang panjang dan silih berganti, saling menghias dan memberi corak pada kebudayaan di tiap daerah dengan keunikan dan kisahnya masing-masing. Salah satunya tercermin dalam pakaian adat kita, seperti kebesaran dan keagungan pakaian adat Sumatra Selatan yang glamor dan elegan.

RUMAH ADAT PALEMBANG


RUMAH LIMAS merupakan rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai 



Ada dua jenis rumah limas di Sumatera Selatan, yaitu rumah limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang berbeda dan yang sejajar. Rumah limas yang lantainya sejajar ini kerap disebut rumah ulu.

Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.

Rumah panggung secara fungsional memenuhi syarat mengatasi kondisi rawa dan sungai seperti di Palembang, yang sempat dijuluki Venesia dari Timur karena ratusan anak sungai yang mengelilingi wilayah daratannya. Batanghari sembilan adalah sebutan untuk Sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Musi. Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Hitam, Sungai Rambang, Sungai Lubay.Namun, seiring berjalannya waktu, lingkungan perairan sungai dan rawa justru semakin menyempit. Rumah- rumah limas yang tadinya berdiri bebas di tengah rawa atau di atas sungai akhirnya dikepung perkampungan.

Bangunan rumah limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia Belanda, atau saudagar kaya.

Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan.

Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya anak perempuan tidak keluar dari rumah. Memasuki bagian dalam rumah, pintu masuk ke rumah limas adalah bagian yang unik. Pintu kayu tersebut jika dibuka lebar akan menempel ke langit-langit teras. Untuk menopangnya, digunakan kunci dan pegas. Bagian dalam ruangan tamu, yang disebut kekijing, berupa pelataran yang luas. Ruangan ini menjadi pusat kegiatan berkumpul jika ada perhelatan. Ruang tamu sekaligus menjadi "ruang pamer" untuk menunjukkan kemakmuran pemilik rumah. Bagian dinding ruangan dihiasi dengan ukiran bermotif flora yang dicat dengan warna keemasan. Tak jarang, pemilik menggunakan timah dan emas di bagian ukiran dan lampu- lampu gantung antik sebagai aksesori.

Bagi pemilik rumah yang masih memerhatikan perbedaan kasta dalam keturunan adat Palembang, mereka akan membuat lantai rumahnya bertingkat-tingkat untuk menyesuaikan kasta tersebut. Salah satu rumah limas yang menghormati perbedaan adat itu adalah rumah limas milik keluarga almarhum Bayumi Wahab. Lantai rumah itu dibuat menjadi tiga tingkat sesuai dengan urutan keturunan masyarakat Palembang, yaitu raden, masagus, dan kiagus. Rumah yang berada di Jalan Mayor Ruslan ini awalnya berdiri di daerah Tanjung Sejaro, Ogan Komering Ilir. Rumah ini dipindahkan ke Palembang tahun 1962, tetapi rumah tersebut tidak lagi dipakai sebagai hunian sehari-hari.

Begitulah, rumah limas yang tidak sekadar indah, tetapi juga mempunyai banyak filosofi di dalamnya, pelan-pelan tertinggal oleh kemajuan zaman

Jumat, 05 Desember 2014

Lagu-lagu Sumatera Selatan Dan Lirik

     Dek Sangke

Dek sangke aku dek sangke
Awak tunak ngaku juare
Alamat badan kan sare
Akhirnya masuk penjare
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Ujiku bujang tak batanye tua bangke
Anaknye lah gadis gale
Dek sangke gadis tegile
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Ujiku gadis tak batanye jande mude
Anaknye lah ade tige
Dak sangke bujang tegile
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke

     Cuk Mak Ilang

Kapal api masok pelembang
Banyu tenang jadi gelumbang
Oi makmano ati dak bimbang
Gades doson bujang pelembang
Cop mak ilang
Mak ilang jaga batu
Dimano koceng belang
Disitu rumah aku
Alangkah lemak rumah di lebak
Siput dan gondang memanjat cagak
Alangkah lemak rumah nan parak
Bukak jendelo lah saling agam
Cop mak ilang
Mak ilang jaga batu
Dimano koceng belang
Disitu rumah aku
Sempayo digulai lemak
Batang padi dibelah duo
Jangan takot dimarah umak
Asak jadi kito beduo
Cop mak ilang
Mak ilang jaga batu
Dimano koceng belang
Disitu rumah aku
Anak ikan dimakan ikan
Ikan dilaut beduri duri
Sanaklah bukan sodaro bukan
Sangkot paotnyo kareno budi
Cop mak ilang
Mak ilang jaga batu
Dimano koceng belang
Disitu rumah aku

    Kabile-Bile

Kabile-bile mangke ku lege
Kabile-bile ku ade kance
Kabile-bile mangke ku lege
Kabile-bile ku ade kance
Kabile nian jagunglah putih
Putih dik putih kukendam kina
Kebile nian ibung kah nulih
Nulih dik nulih kudendam kina
Kabile nian mampat begune
Mangke dik payah ku nandan lagi
Kebile nian sifat begune
Mangke dik payah ku midang lagi
Oh, malang nian nasib ‘mbak ini
Bilangan jeme lah laut gale
Alahkah sedih ai tumbak ini
Aku ‘mbak ini dide bekance

Tari Tanggai

Lemah Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Lemah Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Anak Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Anak Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai


Gending Sriwijaya
Di kala ku merindukan keluhuran dahulu kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala Sakyakhirti Dharmakhirti
Berkumandang dari puncaknya Seguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.

Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di tengah Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari beserta emas perak Sri Ksetra
Dengarkanlah bualan bagai di Surga Indralaya
Taman puji turunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan irama lagu Gending Sriwijaya.


 Pempek Lenjer
       
   Bulet besak panjang mak lengen
       Kejel-kejel rasonyo marem
       Masuk ke mulut matonyo mejem
       Mertuo lewat masih ditelen
       Kejel keras sudah biaso
       Asak bae iwaknyo teraso
       Digoreng pake minyak kelapo
       Jadi nambah lemak rasonyo
        Reff:
       Pempek lenjer oy pempek lenjer
       Siapo nyingok pastilah ngiler
       Pempek lenjer oy pempek lenjer
       Makan sikok pacak kelenger
       Mangcek bicek janganlah lupo
       Ngawak balek oleh-olehnyo
       Pempek lenjer samo cukonyo
       Kito makan bersamo-samo

   
Yasaman
  
Nyelek belumban Perahu Bidar di Sungi Musi
Janganlah lupo meli telok abang
Cantik rupo penyabar dan baek hati
Adek manis berambut panjang dikuncit kepang
Lika-liku banyu Batanghari Sembilan
Mengalir bemuaro ke Sungi Musi jugo
Elok laku ngaesi rupo cindo menawan
Muat kakak siang tekenang malem tejago
Pulo Kemaro melah Sungi Musi ke Sungsang
Nak ke Pusri laju kesasar ke Kalidoni
Badan saro pikiran resah hati teguncang
Ngarapke adek kalu be galak jadi bini
Ay...ya...ya...ya... Ya Saman
Pecaknyo mudah tapi saro nian
Ay...ya...ya...ya... Ya Saman
Nyari bini yang bener-bener setolok an
Ay...ya...ya...ya... Ya Saman
Ya Saman Ya Saman Ya Saman

NAMA NAMA RAJA YANG PERNAH MEMIMPIN KERJAAN SRIWIJAYA

 BERIKUT NAMA NAMA RAJA SRIWIJAYA


1. Dapunta Hyan Srijayanasa (terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 Masehi dan Prasasti Talang Tuwo tahun 684 Masehi)

2. Sri Indrawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 724 Masehi

3. Rudrawikrama (terdapat dalam Berita Cina tahun 728 Masehi)

4. Wishnu (terdapat dalam Prasasti Ligor tahun 775 Masehi

5. Maharaja (terdapat dalam Berita Arab tahun 851 Masehi)

6. Balaputera Dewa (terdapat dalam Prasasti Nalanda tahun 860 Masehi)

7. Sri Udayadityawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 960 Masehi)

8. Sri Udayaditya (terdapat dalam Berita Cina tahun 962 Masehi)

9. Sri Sudamaniwarmadewa (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi)

10. Marawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi)

11. Sri Sanggaramawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Chola tahun 1044 Masehi)

Selain itu ada pula sejumlah nama raja Sriwijaya berdasarkan naskah kuno Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara. Tetapi naskah ini masih kontroversi karena dianggap tidak otentik sebagai sebuah sumber sejarah. Naskah ini juga dianggap terkesan telah maju dalam metodologi penulisan suatu karya tulisan sejarah, padahal kebanyakan naskah yang dibuat pada masa itu masih didominasi oleh hal-hal yang berbau mitos, sage, legenda, irasional yang dicampurkan dengan realitas sejarah yang ditulis tahun 1675 Masehi yang dikodifikasi oleh Pangeran Wangsakerta dari Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat yang ditemukan oleh peneliti naskah kuno Atja. Naskah ini kemudian diteliti ulang oleh epilog Edi S Ekadjati dari Universitas Padjadjaran Bandung yang dimuat dalam majalah Analisa Kebudayaan, 1982/1983. Th.III.No.2.

TEMPAT WISATA DI PALEMBANG

9 Tempat Wisata Di Kota Palembang


1. Jembatan Ampera dan Wisata Sungai Musi







Sungai Musi kalau di pagi hari mungkin kelihatan biasa saja namun pada saat malam hari begitu indah khususnya di bagian Jembatan Ampera Palembang. Sungai Musi memang merupakan wisata andalan Palembang. Jembatan Ampera dan Sungai Musi yang merupakan icon Palembang mudah untuk dijangkau karena berada di tengah Kota Palembang. Para wisatawan tidak usahh khawatir karena wisata bahari Sungai Musi tidak dipungut biaya alias gratis.
Pengunjung juga bisa melihat kapal-kapal yang bersandar di sekitar Sungai Musi serta rumah yang berdiri diatas Sungai Musi. Tidak akan sah rasanya jika tidak berkunjung di Sungai Musi.
Aktivitas yang dilakukan di Sungai Musi ialah menyusuri sungai dengan perahu dan berkeliling Sungai Musi. Warna air Sungai Musi cokelat. Tidak disarankan untuk mandi.
Setiap tahun selalu diadakan lomba bidar dan lomba olahraga air yang menarik. Bagi bakcpacker yang suka hunting tiket murah bolehlah mencoba wisata Palembang.
Hal yang menarik di Sungai Musi ialah jalan atau nongkrong di malam haribersama teman ditemani mie telur yang mudah ditemukan di sepanjang sisi Sungai Musi yang dekat dengan Benteng Kuto Besak.
Di Sungai Musi, penduduk lokal biasanya memancing dan terdapat kios apung serta rumah apung.Rumah apung maksudnya rumah yang terapung di tengah Sungai Musi.
Rumah yang dibangun di atas Sungai memang unik dan jarang terlihat. Tapi di SungaI Musi dapat kita temukan. Dan saat berada di Sekitar Sungai Musi senantiasa menjaga kelestarian lingkungan dan jangan buang sampah sembarangan.


2.BENTENG KUTO BESAK


Benteng Kuto Besak merupakan sisa benteng Kerajaan Palembang Darussalam waktu zaman Belanda. Benteng yang dibangun untuk pertahanan menangkal serangan Belanda dan sekaligus rumah tempat tinggal Kerajaan Palembang. Benteng Kuto Besak merupakan tempat menarik karena benteng yang memiliki nilai sejarah dan bukti bisu perjuangan Bangsa melawan penjajah masih kokoh dan tidak jauh dari Sungai Musi Palembang.

3.PULAU KEMARO





Tempat wisata favorit di Palembang ialah Pulau Kemaro yang berada di tengah Sungai Musi. Pulau Kemaro begitu banyak dikunjungi karena terdapat kisah romantis di Pulau Kemarau. Versi kisah cinta Romeo Juliet Indonesia, terdapat kisah cinta Tan Bu Ann (Keturunan Tionghoa) yang jatuh cinta kepada Putri Raja Siti Fatimah. Artis Indonesia sering juga ke Pulau Kemarau untuk melihat pohon cinta yang berada di samping Klenteng Kuan Im.
Pulau kemarau kental dengan ornamen Tionghoa serta pagoda yang indah dengan jumlah 9 lantai. Hari libu paling banyak dikunjungi. Memasuki Pulau KemarO, wisatawan tidak perlu bayar hanya perlu membayar biaya transportasi yang berupa perahu kecil. Perahu kecil untuk menuju Pulau Kemaro dapat ditemukan di sekitar jembatan Ampera.



4.MASJID CHENG HO (PALEMBANG)



Tempat menarik lainnya yang bisa dinikmati di Palembang ialah Masjid Cheng Hoo Palembang. Sebuah Masjid bergaya nuansa ornamen Tionghoa. Lokasi Masjid Cheng Ho Palembang di Jakabaring Palembang Sumatera Selatan. Merupakan tempat beribadah dan tidak dipungut biaya namun harus tetap menjaga ketenangan umat islam yang beribadah. Masjid Cheng Hoo Palembang bisa menjadi wisata pilihan yang murah meriah di Palembang.


5.BUKIT SIGUNTANG





Bukit Siguntang merupakan wisata bersejarah buat warga Palembang karena di Bukit yang dipenuhi dengan pohon yang rindang terdapat makan Raja dan Ratu Palembang serta ditemukannya patung Buddha. Makam-makan yang bsia kita lihat di Bukit Siguntang Palembang ialah Raja Sigentar Alam,  Pangeran Raja Batu Api, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima Tuan Junjungan, Panglima Bagus Kuning and Panglima Bagus Karang.

Tiket masuk ke Bukit Siguntang seharga Rp5000 dan sudah termasuk biaya parkir motor. Akses ke Bukit Siguntang mudah karena tak jauh dari Kancil Putih Palembang. Meski kesannya angker karena terdapat beberapa makam keramat, tapi Bukit Siguntang merupakan wisata murah, adem, segar dan nyaman. Cocok untuk refreshing dan menikmati suasa kesegaran alam.


6.STADION GELORA SRIWIJAYA






Pengunjung cukup membayar Rp2000 untuk tiket masuk yang seklaigus biaya perawatan gedung. Di depan stadion Palembang terdapat Tugu Jakabaring dengan air mancur unik. Jakabaring sport center cocok untuk menikmati sore hari dan Danau buatan saat sunset menjadi momen yang diburu para photographer maupun pengunjung biasa.


7.MONPERA PALEMBANG






Monpera berlokias di Jl, Merdeka Palembang, dekat dengan Masjid Agung Palembang. Biaya masuk ke Monpera sebesar Rp1000 dan biaya masuk ke Museum Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat) Palembang sebesar Rp5000. Hal yang bisa dilihat di Museum Monpera seperti koleksi mata uang Indonesia (Rupiah) dari zaman Soekarno hingga sekarang, photo pahlawan Palembang, senjata, baju dan peninggalan lain yang berhubungan dengan sejarah Palembang.

 8.TAMAN KEMBANG IWAK PALEMBANG




Untuk masuk ke Taman Kambang Iwak tidak dipungut biaya. Hal menarik di Kambang Iwak berupa bambu untuk berteduh, air mancur dan jembatan merah yang berada di tengah Kolam di Taman Kambang Iwak. Masyarakat paling suka jogging di sore hari di Kambang Iwak dan tempat favorit untuk menikmati sore hari.

9.MASJID AGUNG SULTAN MAHMUD BADARUDDIN


Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin adalah masjid yang paling besar di kota Palembang. Bangunan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin merupakan gabungan dari arsitektur Indonesia, Eropa, dan China. Tempat ini adalah tempat yang cocok untuk wisata budaya dan wisata religi di Palembang. Di dekat Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Anda dapat menemukan 2 pasar yang menjual berbagai macam souvenir, kain tenun, kerajinan kayu, dan makanan.





Makanan Khas Palembang

10 MAKANAN KHAS KOTA PALEMBANG

1.PEMPEK



Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).


2.TEKWAN






 Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.

3.MODEL




Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).

4.LAKSAN





Laksan adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari bahan baku sagu dan ikan. Laksan dibuat dalam bentuk oval dengan rasa yang hampir pempek, tetapi disajikan dengan menggunakan kuah santan.



5.CELIMPUNGAN







Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.



6.TEMPOYAK



Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.


7.KUE MAKSUBAH



Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya.










8.MARTABAK HAR
 
Martabak HAR,adalah makanan Khas dari India yang dibawah oleh Haji Abdul Razak. Berbahan dasar tepung terigu, yang diberi telor bebek dan telor ayam,kuahnya berbahan kari kambing yang dicampur kentang.


9.KUE SARIKAYO





Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis dan legit.

10.PINDANG TULANG

Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat



 

Budaya Kota Palembang

KESENIAN PALEMBANG

Seni Tari dapat menunjukan ciri khas suatu daerah. Demikian juga Kota Palembang yang memiliki berbagai tarian, baik tarian trandisional maupun tarian modern yang merupakan hasil kreasi dari seniman lokal. Berikut sejumlah kesenian daerah yang berasal dari Sumatera Selatan.

TARI GENDING SRIWIJAYA

Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya berjumlah 13 orang terdiri dari :
  • Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih).
  • Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)
  • Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)
  • Satu orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria)
  • Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya
  • Dua orang pembawa tombak (pria)

TARI TANGGAI
Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya


TARI TENUN SONGKET
Tari ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya memanfaatkan waktu luang dengan menenun songket


TARI RODAT CEMPAKO
Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan islam. Gerak dasar tari ini diambil dari Negara asalnya Timur Tengah, seperti halnya dengan tari Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah


TARI MEJENG BESUKO
Tari ini melukiskan kesukariaan para remaja dalam suatu pertemuan mereka .Mereka bersenda gurau mengajuk hati lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang diantara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan jodohnya melalui pertemuan seperti ini


TARI MADIK (NINDAI)
Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabila akan memilih calon, orang tua pria terlebih dahulu dating kerumah seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang dimaksud. Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria


DUL MULUK
Dul muluk adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di Sumatera Selatan biasanya seni Dul Muluk ini dipentaskan pada acara yang bersifat menghibur, seperti pada acara : pernikahan pergelaran tradisional dan panggung hiburan


BANGSAWAN
Merupakan bentuk teater tradisional yang lahir sesudah kehadiran teater Dul Muluk da n mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : ;
1. Sumber cerita bebas namun bersifat istana sentries
2. Sifat cerita tragedy (sedih)
3. Pemeran cerita diperankan oleh jenis kelamin sesungguhnya
4. Setting cerita disesuaikan dengan kebutuhan cerita


WAYANG PALEMBANG
Wayang Palembang merupakan warisan dari kesenian Jawa yang ceritanya sama dengan wayang yang ada di Pulau Jawa, namun bahasa yang digunakan adalah bahasa Palembang Wayang Palembang aktif dimainkan di RRI stasiun Palembang

JIDUR
Merupakan musik tradisional yang menggunakan alat seperti terompet, tombon dan drum yang mempunyai suara khas.

REBANA
Merupakan musik tradisional yang menggunakan alat kulit kambing yang di ikatkan di kayu biasanya pemainya terdiri dari 10 s/d 12 orang, rebana ini juga di pakai untuk arakan pengantin dan lain-lain.

Sejarah Awal Mula Berdirinya Kota Palembang


 

 

 

 

 

Kota Palembang adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatra Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatra setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Siguntang, di Palembang Barat, hingga sekarang masih dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu.


Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada prasasti Kedukan Bukit (683 M) yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi (tanggal 5 bulan Ashada tahun 605 syaka). Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.
Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.

Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:

Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu :

  • Pegunungan Bukit Barisan.
  • Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
  • Daerah pesisir timur laut.

Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara

1256976844.jpgSriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. (dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia Tenggara.

Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.

Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengan. Jika pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang. Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan 9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.